Insititut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), semua orang tahu bahwa kampus ini terkenal “kampus perjuangan” dengan warna dominanya yaitu biru. Warna yang
melambangkan kejayaan almamater kita diIndonesia bahkan di Internasional. Tetapi dengan warna dominan itu bukan berarti
kita mahasiswa ITS yang dari berbagai jurusan di dalam 5 Fakultas harus sama. Maksudnya
sama yaitu harus bisa di pilah-pilah karena pada dasarnya poin-poin kecil
(jurusan) ini yang mendasari terbentuknya ITS dan itupun berasal dari sejarah
yang berbeda-beda. Dari sejarah yang berbeda-beda inilah yang membuat ITS memiliki
beragam kultur (budaya). Memang sejarah harus tetap diingat seperti halnya Ir Soekarnomengatakan“Jangan
sekali-kali meninggalkan jas merah”.
Namun pada kenyataannya perbedaan ini yang mengakibatkan sampai terkenalnya
“Arogansi Jurusan”. Dari diskusi ini kami berusaha meluruskan bahwa keberagaman
itu merupakan hal yang wajar. Seperti halnya Cak Nurmengatakan “Wawasan Indonesia adalah wawasan
keberagaman”. Maksudnya
adalah dengan berbagai keberagaman yang dimiliki ITS akan menjadikan ITS lebih
jaya. Dan yang diharapkan dari diskusi ini adalah dari keberagaman kultur
jurusanini harus bisa ditempatkan pada hal yang positif demi kejayaan ITS,
seperti contohnya yaitu kesuksesan Teknik Mesin menciptakan Sapu Anginsehingga
bisa membawa ITS ke tingkat Internasional.
Di dalam diskusi ini membahas OK2BK
dimana sistem ini baru di aktifkan di tahun ini. Sistem pengkaderan berbasis
teknik yang mengutamakan penanaman sifat berguna di lingkungan sekitarnya agar
menjadi kesatuan yang utuh (Integralistik)
seperti halnya GERIGI ITS. Karena secara nyata yang kita alami sesaat
menjadi mahasiswa baru, banyak acara-acara di ITS yang membawa nama jurusan
seperti pembukaan Diesnatalis, arak-arakan wisuda, dll yang menjadikan “Arogansi
jurusan”. Disinalah latar belakang OK2BK ada. Karena menurut Pak Bambang Sampurno“ITS harus memiliki pengkaderan yang berbasis teknik, bukan pengkaderan
yang sibuk mengurusi keplek”.Yang
maksudnya harus berpikiran lebih efisien, cepat beradaptasi dan cepat
berkembang di kampus ini dengan asas integralistik. Tidak hanya sibuk
beradaptasi dengan tradisi di jurusan masing-masing. Namun disini kami sepakat
setuju untuk di aktifkannya sistem OK2BK ini namun juga harus tahu, mengerti
dan melanjutkan tradisi dari jurusan hanya saja dipilah – pilah yang positif
saja. Seperti budaya pengenalan laboratorium di Siskal (Bhakti Lab).
Dan untuk pembahasan yang terakhir yaitu tentang KM
ITS yang mana bisa dikatakan sistemnya yang sudah rusak. Karena banyak sekali
salah pemakaian hak hukum seperti halnya Trias
Politika yang mana di ITS bisa dikatakan semu karena hampir dominan sistem monarkiyang aktif di
jurusan-jurusan.Sistem Trias Politika
yang mengutamakan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif sebagai badan yang
menciptakan aturan, menjalankan aturan dan mengawasi. Namun pada kenyataannya
yang begitu aktif berperan yaitu eksekutifnya (BEM ITS), dan yang sangat pasif
keberadaannya yaitu Yudikatif seperti DPM, MM. Dimana yang seharusnya bertugas
mengawasi BEM ITS dalam menjalankan tugas.Begitu juga DPM yang memiliki
kekuatan yang kuat di KD KM ITS namun sampai saat ini tidak terlihat
keberadaannya, serta Dewan Presidium yang mana di KD KM ITS tidak memiliki
wewenang namun pada kenyataannya sangat berpengaruh bagi KM ITS karena
keputusannya.Hal seperti inilah yang wajib untuk di benarkan sesuai dengan
Mubes IV sebagai undang undang di KM ITS. Dan harapannya utnuk presiden BEM
yang terpilih nantinya bisa mengembalikan sistem yang awalnya bisa dikatakan
salah hingga menjadi lebih baik agar terciptanya KM ITS sesuai dengan visi
misinya.
menurutku bicara tentang arogansi seharusnya memang tidak dibenarkan... karena apa? arogansi memiliki kecenderungan untuk bersikap sok dan lebih unggul dibandingkan yang lain. bukannkah kita ini seharusnya menanamkan ilmu padi ya? .. coba di ITS mempunyai kesadaran dalam menerapkan ilmu tersebut? pasti tentunya singkronisasi dalam mebangun pondasi kejayaan akan kokoh. Tidak seperti ini. Mungkin jika dilihat ITS adalah bangunan yang menjulang ke langit, namun coba tengok struktur penyusun pondasinya. misal,apakah penanaman pengkaderan SDM kuat ataukah rapuh dengan sistem seperti ini? Penenmpaan mahasiswanya kurang begitu maksimal sehingga dimungkinkan pengkaderaanya serasa sangat lembek.
ReplyDelete