Salam
Semoga tetap bermafaat untuk lingkungan
kawan kawan. Masihkah teringat, Bung Karno dengan pidatonya yang menggelora
semangat rakyatnya, Pak Harto dengan tangan besinya, Pak Habibie dengan
kecerdasan intelektualnya, Bu Mega dengan ketegasannya, dan Pak SBY dengan
kesantunannya, merekalah dengan segala daya dan upayanya berfikir, memutar otak
guna kemaslahatan bangsanya. Tentu, dari beberapa pemimpin bangsa diatas masing
masing memiliki kelebihan dan kekurangnya yang mana kedua hal ini tidak bisa
dikotomisasikan satu sama lain dan sudah pasti pemimpin pemimpin besar negeri
diatas sudah mengalami proses yang begitu besar bila dibandingkan dengan saya
saat ini yang hanya berstatus Mahasiswa, mungkin, bisa dikatakan beliau beliau diatas
sudah mengetahui banyak tentang banyak hal, sedangkan saya masih tau sedikit
tentang sedikit hal. Namun saya percaya, bahwa proses akan mengarahkan kita
semua kearah yang jauh lebih besar atas kehendak Allah SWT.
Berbicara mengenai pemimpin pemimpin
besar negeri diatas, tentu proses yang meraka alami tak mudah untuk lakukan,
perlu banyak kucuran keringat dan pengorbanan hingga menjadi sekarang, perlu
merangkak, sampai berjalan tertatih tatih dan bahkan, hingga berlari pun
kemudian tumbang menjadi berkeping – keeping, lantas perjuangan pun terus
berlajut, marajut asa, menjaga cita dan membungkus krikil krikil perjuangan
menjadi padu hingga mampu merangkak, berjalan dan berlari kembali hingga asa
dan cita dapat terealisasi. Masih
tertanam dibenak saya hingga hari ini, bahwa perjuangan harus terus berlajut
terhadap segala kemelaratan, terhadap segala penindasan, terhadap segala apapun
yang membuat kita merugi akibat kepentingan kepentingan kelompok, golongan,
ideology, ras, dan muatan muatan yang merugikan kaum kaum proletar. Lantas apa
yang bisa kita lakukan hari ini ? tentu kita memiliki basis di tiap tiap lini
yang dapat diusahakan terhadap terwujudnya kesejahteraan bersama, walau
bagaimana pun caranya. Hari ini, perjuangan perjuangan yang dulu pernah berkobar,
berangsur angsur mulai meredup sampai pada hilangnya titik demi titik cahaya. Mengapa
kondisi seperti ini dapat terjadi, inilah poin yang harus kita kaji. Banyak
kemrosotan yang terjadi bagi kalangan kalangan pemuda pemudi bangsa, dari
militansi, karakter, endurance, hingga model pola berfikir. Salah satu
penyebabnya adalah model pendidikan dari tataran terendah hingga paling tinggi.
Mengapa bisa terjadi ? para pelajar pelajar negeri dituntut untuk menjadi
superman, betapa tidak, pelajar diberikan
beban yang teramat besar dan tidak sesuai dengan batas kemampuannya selama 12
tahun, pelajar yang kritis dan banyak bicara ‘dimatikan’ , pelajar tidak
diperbolehkan tau masalah masalah orang tuanya, pelajar diwajibkan memahami
semua mata pelajarannya dan seterusnya. Alhasil selama proses 12 tahun tersebut
akan membentuk karakter karakter manusia ‘yesman’ terhadap apapun itu,
mahasiswa yang kritis akan diancam skorsing hingga DO ( Drop Out ), guna
legitimasi kepentingan stakeholderi, muncul regulasi regulasi yang mengikat
apalagi detail dengan konsekuensinya terhadap mahasiswa mahasiswa yang tak
‘nurut’ , tidak hanya itu, mengapa muncul fakor semu yang juga menggerus
kekritisan itu tadi, diberikan beasiswa dengan dalih social guna memperoleh
kemudahan jalan kompromis, dan yang paling terbaru, dengan kamuflase bapak
kepada anak mencoba menggerus kejadian kejadian seperti tadi. Inilah yang terjadi hari ini teruntuk
pergerakan organisasi mahasiswa intra di kampus saya, muncul banyak kekecewaan
yang muncul akibat kejadian kejadian yang saya alami, dari pihak stakeholder
hingga kawan kawan saya seperjuangan dari segi konsistensi, komitmen, semangat,
dan tanggung jawab. Rasa rasanya hari ini saya mengalami kemerosotan
kepercayaan terhadap segala apapun itu, apakah perjuangan dulu yang dirintis
bisa memenuhi espektasi, atau bahkan keluar dari zona yang saya geluti saat
ini, entahlah, semoga saja dimasa yang akan datang, teruntuk adik adik yang
bergerak dilini yang sama, tetap berkobar semangat memperbaiki, belajar dan
berkontribusi untuk diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Memang tak mudah,
tapi yakin usaha sampai.
Saatnya
yang muda mengganti yang tua
Andre
Soetresno
Surabaya,
26 Maret 2014
0 comments:
Post a Comment