Sumpah Mahasiswa
- Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah, Bertanah Air Satu, Tanah Air Tanpa Penindasan
- Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah, Bertanah Air Satu, Tanah Air Tanpa Penindasan
2 - Kami
Mahasiswa Indonesia Bersumpah, Berbangsa Satu, Bangsa yang cenderung akan
Keadilan
3 - Kami
Mahasiswa Indonesia Bersumpah, Berbahasa Satu, Bahasa Tanpa Kebohongan.
Hidup
Mahasiswa !
Vivat
!!!
Tentu
kita semua yang hari ini atau bahkan, sebelumnya yang pernah dianugerahkan
sebagai Mahasiswa, pernah mendengarkan gaung sumpah Mahasiswa diatas, yaaa, era
Transisi Orde Baru menuju Reformasi. Era dimana, sumpah demikianlah yang
menjadi ruh perjuangan mahasiswa di era nya. Berbicara awal reformasi hingga hari ini, sudah hampir 16
tahun gaung tersebut tak lagi terdengar, tak lagi diresapi dan dimaknai hingga
bahkan ada yang tak tau sana sekali. Pertanyaanya adalah, bagaimana dengan
mahasiswa hari ini? Dan bagaiamana mahasiswa di era sebelum reformasinya? Hal
pertama yang muncul dari dikotomi tersebut adalah, tantangan mahasiswa hari ini
dengan pendahulunya tak lagi sama, tak lagi berbicara ideology yang menjadi
ujung tombak pergerakan namun ideology tersebut sudah bertransformasi menjadi
idelogi yang dipolitisasi oleh sebuah supremasi. Kemudian, melihat tantangan
tersebut, apa yang seharusnya diperbuat oleh kita ( Mahasiswa ) ? mari kita
belajar dari sejarah dari pendahulu pendahulu sebelum kita.
1998,
adalah titik kulminasi peran dan fungsi mahasiswa yang sebenar benarnya untuk
kedua kalinya pasca kemerdekaan. Betapa tidak, rezim yang sudah berkuasa 32
tahun dan tangan besinya, dapat diruntuhkan. Gerak dan aksi yang dilakukan
tentu sangat besar hingga presiden yang baru saja dilantik tst. dapat turun
tahta, perlu banyak peluru besi melayang, perlu banyak ibu kehilangan atas
anaknya, perlu miliyaran dolar yang harus dibayar guna melengserkan tirani. Banyak
hikmah dan pelajaran yang kita tuang dari sana, pertama, keyakinan yang besar
akan relewan dengan hal yang didapat, kedua, banyak cara ditempuh guna
menyuarakan suara rakyat ( argumentasi, opini dsb. ), ketiga, kegigihan sangat
perlu ditekankan pada pribadi kita masing masing, dan yang terakhir effort,
sejauh mana usaha yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan. Selanjutbya mari
kita belajar kejadian kejadian sebelum 1998, tepat pada 1966 adalah kejadian
dimulainya orde paling baru setelah muncul claim hegemoni terhadap orde yang ortodoks,
katanya. Betapa tidak, legitimasi penguasa pada saat itu juga dipengaruhi oleh
gerak mahasiswa hingga penguasa orde lama turun tahta, sayangnya pada era
tersebut banyak versi sejarah yang dipolitisasi hingga kita hari ini sulit
untuk mendapatkan core sejarah
sebenar benarnya. Namun dari kejadian pada era itu dapat kita ambil beberapa
pelajaran, pertama, buat pola berfikir yang tidak dengan mudah menyimpulkan
segala sesuatu, tanamkan pada diri perlu ada analisa hingga 2 sampai 3 kali
untuk menyimpulkan, agar kita tidak mudah terbawa arus kebobrokan, kedua,
berupayalah untuk terus mencari dan belajar guna mendapatkan sesuatu yang pada
sejatinya, ketiga, bersikaplah secara tegas mengatakan tidak pada yang hitam,
dan iya untuk yang putih, karena yang abu abu adalah awal kehancuran dan keragu
raguan, dan yang terakhir, berusahalah untuk tidak mudah memberikan kepercayaan
pada semua orang dan tidak memberikan sesuatu yang manjadi berharga dari pada diri
agar nantinya kita tidak mudah untuk diombang ambingkan. Setelah periode 1966
kita mengarah ke era kemedekaan hingga awal pergerakan pemuda 1908, banyak
pelajaran menarik yang patut kita bincangkan disini, dari actor pelakunya,
musuh actor utama, hingga kawan dan keluarga actor. Saya cukup berbangga lahir
di negeri dimana actor utamanya adalah kalangan kalangan pejuan yang tak kenal
letih membangun negeri dengan daya upayanya. Poin paling penting disini adalah
bersatu padunya bapak bapak pendahulu negeri dengan berbagai keterbatasan,
pengorbannanya dan daya upayanya hingga mimpi yang dicita citakan dapat
terwujud demi kemakmuran anak dan cucunya kelak. Inilah yang perlu kita jadikan
patokan terhadap keberlangsungan kita kedepan, agar kesalahan kesalahan masa
lalu dapat kita pelajari dengan sebaik baiknya, sehingga kelak kita tidak jatuh
pada lubang yang sama.
Semoga
dapat memberikan hikmah dari perjalanan masa lalu guna kaca mata perjalan di
masa yang akan datang. Sudah jelas, tantangan dimasa yang akan datang sudah tak
lagi sama degan tantangan masa lalu. Tetap belajar dengan menjadi manusia yang
belum tahu banyak tentang banyak hal, sudah saatnya kita berdiri dan bangkit
dari kesalahan masa lalu
Andre
Soetresno
Surabaya,
20 Maret 2014
0 comments:
Post a Comment