Salam
Sebuah pandangan awal untuk sedikit berbagi prihal pembentukan
kerangka berfikir teruntuk kawan kawan seperjuangan. Semoga tulisan ini
memberikan sumbangsih yang berarti . Dewasa ini disadari atau tidak, peran
media sangatlah strategis guna pembentukan opini public terlepas berbagai hal
yang diberitakan. Secara tidak langsung media adalah basis sebagai jantung
opini public. Sejak dikeluarkan kebijkan permenpen No. 1/per/Menpen/1998,
otomatis pers atau media massa yang sebelumnya ibarat burung dalam sangkar,
mulai menggeliat dan menunjukan eksistensinya dengan lini gerak yang lebih
luas, walhasil pemberitaan pemberitaan yang dilakukan pers dapat berfungsi
secara top – down hingga bottom – up. Namun, kebebasan yang sebenar benarnya
didalam pers Indonesia hingga hari ini belum menunjukan taji dan aksi nyatanya.
Kebebasan yang digaung gaungkan hingga saat ini terkesan sebagai kebebasan yang
semu dibawa dogma – dogma penguasa dan kepentingannya. Tentu alasan yang
mendasar hingga terjadinya hal demikian, berkaca dari peran strategis media
massa sebagai jantung opini public dengan upaya
menggiring pola pemikiran masyarakat pada sesuati hal dengan
kamuflasenya.
Untuk itu, alasan demikian lah
penulis mencoba memberikan pandangan awal pengolahan informasi informasi yang kita tangkap dari
media massa, agar nantinya kita tidak dengan mudah terbawa oleh opini yang
dibawa media massa. Didalam menganalisis media, tentu kawan kawan komunikasi
yang lebih memahami dari pada saya. Tetapi, saya mencoba memberikan optional
lain yang rasa rasanya dapat digunakan kawan kawan refrensi kelak didalam
prosesnya. Untuk menganalisis media, biasanya para analis media menggunakan 3
metode, yaitu :
1.
Posisitivisme -
empiris
Biasanya didalam metode yang
pertama ini, acuan yang sering digunakan terhadap sebuah pemberitaan atau
sejenisnya, lebih ditekankan pada penggunaan bahasa, pengertian, dan kalimat
dengan mempertimbangkan kebenaran dan ketidakbenaran wacana isi
2.
Konstruksime
Sesuai dengan istilahnya, metode
yang kedua ini lebih diprioritaskan terhadap pendalaman makna dan maksud atau
penafsiran maksud penyaji.
3.
Paradigma Kritis
Untuk metode yang terakhir ini, analis
media mencoba mencari ketidak relevanan dari semua sisi penjaian, dari aspek
pemaknaan, tema wacana, strategi didalamnya, representasi subjek dan objek,
hingga membongkar sisi sisi yang tidak disajikan dalam penyajian
Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengulas dari sisi paradigm kritis.
Banyak diantara kita yang hingga hari ini mudah terbawa oleh berbagai
berita atau wacana wacana yang dibawa oleh media massa tanpa mencari tau secara
sebenar benarnya berita tersebut. Untuk itu guna memudahkan actualisasi metode
ketiga ini, berikut ini langkah langkah yang harus kita lakukan dalam analisis
media massa dengan membangun paradigm kritis :
1.
Kumpulkan fakta fakta yang tersaji didalam
wacana, hubungan sebab akibat
2.
Pertimbangkan dasar dasar opini pihak pihak
terkait dari sisi kebenaranya
3. Ulas secara textual makna dan maksud dari pada
penyajian wacana, disini kita akan mengetahui strategi apa yang digunakan (
Tujuan ). Umumnya semua media massa menggunakan konsep secara bertahap (
Gambaran umum, Realitas, Pandangan yang ditawarkan )
4.
Silahkan anda sesuaikan kronologis wacana dengan
kejadian sebelumnya ( sisi perpektif lain )
5.
Kroscek validasi penyajian facta dan dasar opini
Dengan begitu kita dapat menentukan sebuah kebenaran sesuai dengan
dasar dasar facta dengan beberapa pendukungnya. Setidaknya dengan adanya pola
demikian kita dapat memiliah milah mana yang memang pantas dianggap benar dan
mana yang dianggap salah.
Terakhir, selamat mencoba.
Semoga tulisan yang singkat ini dapat memberikan pandangan awal kepada
kawan kawan guna pembelajaran pembelajaran baru yang akan didapat kawan kawan
setelah ini
Salam
Bergerak Bermanfaat.
-Asa-
Surabaya, 15 – 01 – 2013 ( 06.34 )
0 comments:
Post a Comment